Kemarin
saaat kuliah Aljabar. Teman disamping saya nyeletuk “Ah kapan ya saya bisa
Aljabar?” Ekspresinya langsung dibawah sumbu X
alias manyun putus asa. Saya akui bahwa Aljabar memang bukan mata kuliah
yang enteng bagi mahasiswa matematika. Butuh pemahaman dan latihan ekstra. Dalam
hati ku bilang “Lah kemauanmu untuk bisa aja nggak ada kog. Memperhatikan aja
enggan. Malah cari – cari topic obrolan sendiri”. Yah saat itu saya hanya
bergumam dalam hati, kalo bilang didepannya khawatir disemprot dengan alasan –
alasan yang banyak banget (biasanya gitu, sudah hafal sih hehehehe), dan akan
sangat mengganggu proses pemahamanku. Karena sampe sekarang masih tersimpan
dalam hati, maka ku tuang disini.
Saya ingat pesan Bapak Motivasi Dunia, Napoleon Hill. “Benih semua prestasi adalah kemauan, bukan harapan atau impian” .
Saya ingat pesan Bapak Motivasi Dunia, Napoleon Hill. “Benih semua prestasi adalah kemauan, bukan harapan atau impian” .
Darimana kita ciptakan kemauan? Yah dari mana manalagi kalo nggak diri kita sendiri yang menciptakan. Iya kan?
Coba kita simak salah satu ayat dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11.
Itu
adalah ajaran yang sangat mulia yang menjadi cerminan bahwa sebenarnya diri
kita sendiri yang bisa menentukan nasib kita. Dari nggak bisa menjadi bisa,
dari sedih menjadi senang, dari nggak cinta menjadi cinta, semua itu tergantung
bagaimana kita menyikapinya.
Unsur
menyadari, mengingikan, dan memperjuangkan itulah yang sebenarnya menjadi
penentu nasib kita saat ini dan kedepannya. Dengan kesadaran penuh bahwa hanya tangan
kita sendiri (dibantu tangan Tuhan juga tentunya) yang dapat mengubah keadaan kita saat ini
serta menjadikannya keinginan yang besar, kemudian memperjuangkannya dengan
penuh optimisme. Tentu kita yang awalnya bukan apa – apa bisa menjadi sesuatu
yang luar biasa.
Hanya dengan tangan kita sendirilah kita bisa menentukan apa saja yang berhak kita raih. Tuhan sudah memberikan kekuatan kepada diri kita masing - masing, dengan kekuatan pemberian Tuhan itulah kita bisa wujudkan semua impian. Saat kita bersungguh – sungguh, pasti akan berhasil. Tetap ingat kan Man Jadda Wa Jadda ?
Akhir kata, mari kita lepaskan keinginan untuk bergantung pada orang lain, dan menggantinya dengan kemauan atau tekad dan keyakinan diri sendiri. Sebab, manusia kalo dijadikan tempat bergantung sering mengecewakan.
Mengutip pesan Tropicana “Manisnya Hidup Kita Yang Tentukan” hehhehe :D
Alfian
Riski P.
0 Komentar untuk "Manisnya Hidup Kita Yang Tentukan"