Butuh ilmu dari luar sekolah

Kesalahan Yang Mendarah Daging


Kalau ada orang berekspresi melalui tulisan, gambar, dan lisan yang terucap kemudian dibilang "lebay" itu ngga bagus. Tunggu lah dan amati lama kelamaan dia tidak lagi berkarya. Karena ucapan itu (lebay) membunuh perkembangan kreativitas orang tersebut. 


Diera sosial media jaman sekarang ini hampir semua orang berekspersi dan mempublikasikan karyanya di akun sosial masing - masing . Tak peduli hal besar atau hal kecil yang dipublikasikan itu merupakan sebuah karya. Namun, tak jarang ada orang - orang tertentu mengkritisi dengan memberikan komentar "alah lebay, alay, sok tau, sok bijak, sok keren, dan sok puitis. Yang terakhir paling parah kalo dikoment, karena bisa jadi itu adalah salah satu bakat dari orang tersebut untuk jadi sastrawan. 


Bayangkan saja jika orang yang MALAS berkarya selalu mencela dan mengkritik karya orang lain? Apakah dunia ini bisa berwarna seperti pelangi? Bayangkan jika orang - orang hanya MBISU takut karya dan ekpresinya dipermalukan orang? Waah ngga asik banget hidup ini jadinya..

eemm,, masih di tema yang sama. Ku persilakan kalian memperhatikan lingkungan kelas masing - masing. Bagaimana sikap siswa di Indonesia ini guru melontarkan sebuah pertanyaan atau memberi kesempatan bertanya? Berapa banyak yang berani mengangkat tangan mempromosikan dirinya? Saya rasa kalian sudah bisa menebak jawabannya begitu kontras. Tau ngga kenapa bisa begitu? Nah intinya disini saya mau share penyebabnya.



Beberapa bulan yang lalu saya ikut bedah buku Young On Top di salah satu kafe di Sagan. Lupa nama kafenya. Bukunya ini ada, kalo mau pinjem sms aja. Nahh,, ada ilmu terbaru yang jujur saat itu saya benar - benar ngga tau disampaikan oleh om Billy Boen (Founder Sekaligus Penulis Young On Top). Beliau tiba - tiba tanya "kenapa anak muda Indonesia ini khususnya mahasiswa kalo dosen memberikan kesemapatan bertanya atau pertanyaan yang mau jawab cuma satu dua orang?". Itu karena di Indonesia sejak balita selau di salahkan atau disoraki (huuuuuuu)  saat melakukan sesuatu kurang tepat atau hanya kita kurang sependapat. Sadari saja bahwa dulu kita saat TK dan SD ketika pelajaran gambar dan warnanya ngga cocok dengan obyeknya guru biasa bilang "Rumah kog merah, nanti kebakaran dong | Masak daun warna biru , memangnya ada? | Kalo temen ngga paham baru tanya sekali di HUUUUUU | *misal dalam rapat* kalo temen punya ide terkesan konyol di WUUUUU | dan lain sebagainya" . Kebiasaan dipermalukan itulah yang membuat siswa dan mahasiswa di Indonesia kalo ditanya dan dikasih pertanyaan diem. Padahal ngga paham hahaha.

Billy Boen menjelaskan fakta yg ia alami di amerika. Kalo di amerika anak punya ide apapun tetep dihargai ngga ada kebiasan mempermalukan. Pendidik disana tau kalo masa kanak - kanak adalah masa yang paling penting bagi anak untuk memaksimalkan kreatifitasnya. Dan kalo guru bertanya atau memberikan pertanyaan satu kelas angkat tangan semua. Berlomba - lomba mempromosikan diri bahwa yakin dirinya mampu. 



Kebiasaan mempermalukan ini sudah mendarah daging di Indonesia. Salah siapa? Ngga perlu menyalahkan. Mending yuk kita sebagai calon orang tua dan calon guru (buat anak - anak kita dulu baru guru buat anak orang lain) kita mulai perbaiki. Dari negara nomer 1 di dunia kita belajar. 





Bismillah.. Buat temen2 yang mau jadi Guru ---> Semangat Indonesia Mengajar :)
Alfian Riski
2 Komentar untuk "Kesalahan Yang Mendarah Daging"

ah, itulah Endonesya, Al. senangnya menjadikan anak-anak bangsanya jadi hobi nyimpan sifat minder -_-

Itu tugasmu mb Aul merestart ulang heheh
Guru disini juga masih punya prinsip SUKA MELIHAT MURID MINDER dan JENGKEL MELIHAT MURID KREATIF,, kyak yg diberita kemarin, anak terlalu cerdas malah dikeluarkan dr sekolah. gurunya ngga sanggup katanya

Recent Post

Tab-menu

Back To Top