Pada tahun pengasingan yang ke-13, Pandawa sampai di tengah hutan rimba. Karena kehauasan, Nakula, Sadewa, Arjuna, dan Bima mati bergiliran setelah minum air telaga tanpa mempedulikan suara gaib yang selalu berkata "Hati-hatilah, Engkau boleh minum, setelah menjawab pertanyaanku. Kamu akan mati jika tidak mau mendengarkan kata-kataku."
Menunggu adik - adiknya yang tak kunjung kembali membuat Yudhistira gundah dan menyegerakan diri untuk mencari mereka. Sampai di telaga Yudhistira terdengar lagi suara itu “Saudara-saudaramu telah mati karena tak menghiraukan kata-kataku. Jangan engkau ikuti mereka. Jawab dulu pertanyaanku, setelah itu baru puaskan hausmu. Telaga ini milikku.”
Berikut adalah percakapan Yudhistira dengan suara gaib tersebut :
Yudhistira : “Silakan ajukan pertanyaanmu.”
Suara gaib : “Apa yang menyebabkan matahari bersinar setiap hari?”
Yudhistira : “Kekuatan Brahman.”
Suara gaib : “Apa yang dapat menolong manusia dari semua marabahaya?”
Yudhistira : “Keberanian adalah pembebas manusia dari marabahaya.”
Suara gaib : “Mempelajari ilmu apakah yang bisa membuat manusia jadi bijaksana?”
Yudhistira : "Orang tidak menjadi bijaksana hanya karena mempelajari kitab-kitab suci. Orang menjadi bijaksana karena bergaul dan berkumpul dengan para cendekiawan besar.”
Suara gaib : “Apa yang lebih mulia dan lebih menghidupi manusia daripada bumi ini?”
Yudhistira : “Ibu, yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, lebih mulia dan lebih menghidupi daripada bumi ini.”
Suara gaib : “Apa yang lebih tinggi dari langit?”
Yudhistira : “Bapa.”
Suara gaib : “Apa yang lebih kencang dari angin?”
Yudhistira : “Pikiran.”
Suara gaib : “Apa yang lebih berbahaya dari jerami kering di musim panas?”
Yudhistira : “Hati yang menderita duka nestapa.”
Suara gaib : “Apa yang menjadi teman seorang pengem-bara?”
Yudhistira : “Kemauan belajar.”
Suara gaib : “Siapakah teman seorang lelaki yang tinggal di rumah?”
Yudhistira : “Istri.”
Suara gaib : “Siapakah yang menemani manusia dalam kematian?”
Yudhistira : “Dharma. Hanya Dialah yang menemani jiwa dalam kesunyian perjalanan setelah kematian.”
Suara gaib : “Perahu apakah yang terbesar?”
Yudhistira : “Bumi dan segala isinya adalah perahu terbesar di jagad ini.”
Suara gaib : “Apakah kebahagiaan itu?”
Yudhistira : “Kebahagiaan adalah buah dari tingkah laku dan perbuatan baik.”
Suara gaib : “Apakah itu, jika orang meninggalkannya ia dicintai oleh sesamanya?”
Yudhistira : “Keangkuhan. Dengan meninggalkan keangkuhan orang akan dicintai sesamanya.”
Suara gaib : “Kehilangan apakah yang menyebabkan orang bahagia dan tidak sedih?”
Yudhistira : “Amarah. Kehilangan amarah membuat kita tidak lagi diburu oleh kesedihan.”
Suara gaib : “Apakah itu, jika orang membuangnya jauhjauh, ia menjadi kaya?”
Yudhistira : “Hawa nafsu. Dengan membuang hawa nafsu orang menjadi kaya.”
Suara gaib : “Apakah yang membuat orang benar-benar menjadi brahmana? Apakah kelahiran, kelakuan baik atau pendidikan sempurna? Jawab dengan tegas!”
Yudhistira : “Kelahiran dan pendidikan tidak membuat orang menjadi brahmana; hanya kelakuan baik yang membuatnya demikian. Betapapun pandainya seseorang, ia tidak akan menjadi
brahmana jika ia menjadi budak kebiasaan jeleknya. Betapapun dalamnya penguasaannya akan kitab-kitab suci, tapi jika kelakuannya buruk, ia akan jatuh ke kasta yang lebih rendah.”
Suara gaib : “Keajaiban apakah yang terbesar di dunia ini?”
Yudhistira : “Setiap orang mampu melihat orang lain pergi menghadap Batara Yama (Dalam ajaran Hindu adalah dewa kematian) , namun mereka yang masih hidup terus berusaha untuk hidup lebih lama lagi. Itulah keajaiban terbesar.”
Demikianlah suara gaib itu menanyakan berbagai masalah dan Yudhistira menjawab semuanya tanpa ragu.
Pertanyaan terakhir yang diajukan suara gaib itu langsung berkaitan dengan saudara-saudaranya.
Suara gaib : “Wahai Raja, seandainya salah satu saudaramu boleh tinggal denganmu sekarang, siapakah yang engkau pilih? Dia akan hidup kembali.”
Yudhistira : (Berpikir sesaat, kemudian menjawab.) “Kupilih Nakula, saudaraku yang kulitnya bersih bagai awan berarak, matanya indah bagai bunga teratai, dadanya bidang dan lengannya ramping. Tetapi kini ia terbujur kaku bagai sebatang kayu jati.”
Suara gaib : (Belum puas akan jawaban Yudhistira, ia itu bertanya lagi.) “Kenapa engkau memilih Nakula, bukan Bhima yang kekuatan raganya enam belas ribu kali kekuatan gajah?
Lagi pula, kudengar engkau sangat mengasihi Bhima.
Atau, mengapa bukan Arjuna yang mahir menggunakan segala macam senjata, terampil olah bela diri dan jelas dapat melindungimu. Jelaskan, mengapa engkau memilih Nakula!”
Yudhistira : “Wahai Yaksa, dharma adalah satu-satunya pelindung manusia, bukan Bhima bukan Arjuna. Apabila dharma tidak diindahkan, manusia akan menemui kehancuran. Dewi Kunti dan Dewi Madrim adalah istri ayahku dan mereka adalah ibuku. Aku, anak Kunti, masih hidup. Jadi Dewi Kunti tidak kehilangan keturunan.
Dengan pertimbangan yang sama dan demi keadilan, biarkan Nakula, putra Dewi Madrim, hidup bersamaku.”
Suara gaib (Yaksa) itu puas sekali mendengar jawaban Yudhistira yang membuktikan bahwa ia adil dan berjiwa besar. Akhirnya, yaksa itu menghidupkan kembali semua saudara Yudhistira.
*Disadur dari Roman Epic Mahabharata yang diterjemahkan oleh Nyoman S. Pendit. Terbitan Gramedia 2003.
Ambil pelajarannya. Semoga bermanfaat :)
@alfianriskip
Tag :
Kisah Menarik,
Motivasi.
0 Komentar untuk "Yudhistira Yang Bijaksana"