( NIKAH ) LIHAT AGAMA CALON
PASANGAN - Sering terdengar Orang-orang yang berpacaran dan melakukan
penjajakan selama bertahun-tahun, bahkan sebagian tinggal serumah tanpa ikatan.
Suatu saat mereka kemudian siap menikah, namun rumah tangganya terbukti hanya
mampu bertahan dalam hitungan bulan. Sekali lagi, mengapa?
Hadits Abu Hurairah yang
diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berpesan agar mengutamakan faktor agama dan keshalihan dalam memilih calon
suami/istri. Diantara empat faktor yang biasanya melatari pilihan seseorang,
yaitu kecantikan/ketampanan, kekayaan, status sosial, dan agama, beliau
menyarankan untuk mengedepankan sisi agama, agar kita beruntung.
Seseorang berkonsultasi kepada
al-Hasan al-Bashri, Saya memiliki seorang anak gadis, dan ia sudah dilamar
orang. Kepada siapa saya harus menikahkannya? Maka, beliau pun menjawab,
Nikahkan dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Jika orang itu mencintai
putrimu, ia akan memuliakannya; dan jika ia membencinya, ia tidak akan
menzhaliminya.
Jadi, inilah rahasianya:
perlakuan yang layak, pergaulan yang menyenangkan, dan kehidupan yang tenang.
Bukankah semua itu yang paling dirindukan oleh setiap orang, sehingga ia
berharap suatu saat bisa berkata: rumahku adalah surgaku ?
Nasehat al-Hasan diatas bisa juga
dimaknai bahwa agama dan ketakwaan bukan hanya nama dan kualifikasi akademis;
namun perilaku dan tindak-tanduk. Walau pun seseorang sangat mahir ilmu-ilmu
agama, namun jika perilakunya tidak mencerminkan orang berilmu (apalagi orang
beragama), sebenarnya dia termasuk orang bodoh dan belum beragama.
Menurut Islam, ilmu dipelajari
untuk diamalkan, mengubah perilaku, dan diambil manfaatnya sehingga memberi
kontribusi positif kepada kehidupan, bukan hanya untuk dipamerkan dan
dibangga-banggakan.
Al-Hasan al-Bashri berkata, Dulu,
bila seseorang telah mempelajari satu bab dari ilmu, maka tidak lama kemudian
(pengaruhnya) bisa dilihat pada kekhusyuannya, matanya, lisannya, tangannya,
kezuhudannya, keshalihannya, dan seluruh tubuhnya. Jika seseorang telah
benar-benar mengkaji satu bab ilmu (seperti itu), sungguh itu lebih baik
dibanding dunia dan seisinya. (Riwayat Ibnu Batthah dalam Ibthalul Hiyal).
Bukan lagi seorang yang terlihat
alim namun masih pacaran, amal shaleh akan nampak kepada pengamalannya dengan
nilai Islam pada kehidupan sehari-hari, ia faham pacaran lebih banyak mudharat
bahkan mendekati zina sebagai seburuk-buruknya jalan. Islam yang nampak pada
seseorang akan menyeluruh bukan sebagian apalagi mengikuti trend budaya barat,
yang kebanyakan bertentangan dengan Agama, mengkaburkan nilai-nilai Islam
dengan alasan trend, kebutuhan, dsb. Padahal ini hanya ujian kecil dalam
ketaatan, yang harus dilalui sebagai kebaikan dalam hidup seseorang.
Iman adalah cinta dan pembuktiannya,
hidupnya akan cenderung mengarah kepada agama, dan dakwah. Dirinya tidak akan
membiarkan pelanggaran, karena iman dan ilmunya menjaganya, serta terus memohon
kepada Allah SWT agar hatinya terpimpin dalam taqwa.
Tulisan ini sudah lama tak ketik tapi lupa sumbernya. Kalo tidak salah dari buku "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" karya Ust Salim A. Fillah
Afwan bila salah. Saling Belajar Yaa.
Alfian Riski P -@alfianriskip @jajargenjangID
Afwan bila salah. Saling Belajar Yaa.
Alfian Riski P -
0 Komentar untuk "Cari Pasangan? Lihatlah Agamanya "